‘’BERIKANLAH HIDAYAHMU YA ALLAH’’
Kumulai kisah ini disebuah kampung nan jauh di sana, aku anak bungsu dari 6 bersaudara 4 perempuan 2 laki-laki, bapak seorang PNS pegawai kehutanan dan ibu hanyalah seorang tukang urut dan pembantu bidan di kampung kami, hidup kami sangat sederhana dan pas-pasan.
Awalnya keluarga kami damai dan tentram saja, tapi hal itu tidak berlangsung lama, Ketika kakakku yang No 3 mulai sekolah (AKPER) bapak dan ibu mulai sering bertengkar dan semakin hari semakin parah dan kami anak-anaknya sering jadi pelampiasan amarah Ibu, kami anak-anaknya merasa tertekan dan tidak betah di rumah. Bgaimana tidak, ibu kalau marah tidak segan-segan menyakiti kami anak-anaknya, aku saja yang paling kecil tidak luput dari kemarahannya. Dan akibatnya kakakku yang No 2 lari dari rumah entah kemana demikian juga kakakku yang pertama, pergi merantau ke Kalimantan ikut sama temannya.
Pertengkaran ibu hanyalah soal ekonomi, gaji bapak mines terus sampai-sampai berutang kiri kanan demi biaya sekolah kakak di makassar, bapak pengen sekali anak-anak berhasil jadi orang sukses, sedangkan ibu maunya cukup anak-anak sekolahnya sampai SD saja asal sudah tau tulis, baca, itu sudah lumayan apalagi kalau anak perempuannya.
Akhirnya bapak dan ibu cerai, ibu tinggalkan rumah dan hanya aku yang ikut ibu, yang lainnya ikut bapak. Aku dan ibu numpang dirumah teman ibu hari pertama numpang terasa asing sekali, tidur di lantai beralaskan tikar saja. Oh ya waktu itu aku sudah kelas 3 SD dan ibu sudah melarangku sekolah dan aku harus beradaptasi dengan lingkunganku di situ, ya apa boleh buat aku harus menurut takut sama ibu jadi tiap hari aku harus mengerjakan pekerjaan rumah yang sebenarnya tidak sesuai dengan tenagaku yang masih kecil seperti angkat air yang sumurnya jauh dari rumah dan harus menaiki tangga yang tinggi, maklum rumah dikampung rumah panggung, mencuci pakaian, cuci piring, menyapu, mengepel, dll layaknya akua nak tiri, dan itu rutin kulakukan tiap hari dan perut kosong
Saya tidak di kasih makan karena ibu tidak ada di rumah kalau siang nanti malam baru pulang, aku baru makan kalau ada ibu terkadang kalau aku cuci piring, sisa-sisa nasi yang ada di piring aku kasih kumpul lalu aku cuci, baru sembunyi-sembunyi aku memakannya, takut kena marah tapi terkadang jika mereka melihat aku menangis sakit perut karena lapar, baru mereka kasih aku nasi yang pantasnya untuk kucing mereka dengan sisa ikan yang tinggal kepalanya. Dan aku di ancam jangan sampai aku kasih tau mama kalau aku nekat mama akan di usir dari rumahnya, betapa sedihnya aku apalagi Ketika kakiku kena pecah beling maklum aku tidak punya sendal, aku tetap di suruh angkat air walau aku terpincang-pincang menahan sakit. Malamnya aku mengeluh sama ibu kalau badanku panas karena kakiku bengkak, ibu hanya belikan aku obat dengan nada marah, ibu bilang kalau aku tidak noleh cengeng harus sabar penurut dan jangan pernah mengeluh.
Hatiku menjerit ‘’Ibu bukan Cuma itu yang ku mau, aku ingin ibu memelukku di saat aku menggigil kedinginan karena demam begini mengelusku walau hanya sebentar aku ingin merasakan kasih saying Ibu’’. Tapi ibu langsung saja tidur dan besoknya sebelum aku bangun ibu sudah pergi, tinggal teman mama yang ngomel-ngomel karena aku terlambat bangun angkat air, ya terpaksa aku bangun mengerjakan pekerjaan rutinku walau dengan kaki sakit.
Singkat cerita, ibu akhirnya bisa bangun rumah panggung walau kecil dan imut yang penting bisa pindah rumah. Di rumah baruku aku memutuskan untuk sekolah kembali tapi ibu tidak mau membiayaiku walau sepeser pun aku tetap nekat, ibu guruku menerimaku kembali setelah kuceritakan semua. Akhirnya aku banting tulang untuk biaya sekolahku, aku pergi cari daun pisang dan daun jati serta kangkung yang tumbuh liar di rawa-rawa terus ku bawakan tetangga yang menjual di pasar dan hasilnya saya tabung untuk beli buku dan pembayaran sekolah yang selalu menunggak, dan kadang aku ikut sama orang pergi pecah batu gunung menjadi kerikil untuk dijual. Akhirnya sampai aku dibangku SMP yang tentunya butuh biaya banyak makanya aku pelihara ayam dan bebek, karena aku tidak punya uang untuk sewa mobil angkot pergi sekolah, aku terpaksa jalan kaki dan potong Kompas di belakang kampung lewat saluran air, pakaian dan Sepatu serta buku sekolah kukasih masuk kekantong plastik dan disekolah baru saya pakai terkadang teman-teman mengolok-ngolok aku tidak peduli, tapi walau begitu aku merasa bangga karena aku dapat rangking 2 dengan biaya sendiri tanpa menyusahkan orang tua, dan tetap berbakti pada ibu walau ibu suka marah dan suka memukul, dan pelitnya minta ampun aku tetap sayang sama ibu.
Singkat cerita sampailah aku di bangku SMA, ibu tiba-tiba menjodohkan aku dengan seorang pria yang kerja di pabrik semen yang ada di kota kami. Aku menangis menolaknya karena akum au menyelesaikan sekolahku yang tinggal 6 bulan tapi ibu tetap menerima lamaran, di situ aku marah karena selama ini aku selalu menurut dan sabar, kali ini aku tidak mau ibi memukuliku dan mengurungku dikamar, dan tiba-tiba kakakku yang pergi merantau pulang dan ibu menceritakan semua, kakak marah besar dan ikut memukuliku semua buku-buku sekolahku dibakarnya tanpa ada yang tersisa. Disitulah aku menghujar tidak mau aku mengakui ibu ibu dan semua keluargaku aku benci mereka, sakit hatiku jika mengingat semua penderitaan dan perjuanganku ku akui ini dosa besar dan ampunilah aku Ya Allah. Dan disaat duduk pengantin ibu masih menamparku karena aku terus menangis tambah sakit hatiku, apa boleh buat, semua harus kujalani, dan aku dibawa kerumah saudara suamiku tinggal disana.
Ternyata penderitaanku belum berakhir, dirumah iparku aku layaknya pembantu jam 4 subuh sudah bangun mengerjakan pekerjaan rumah, maklum iparku dan suaminya kerja juga di Perusahaan dan anak-anaknya masih kecil-kecil dan baru bisa tidur setelah sudah seterika itupun sudah jam 11 malam, suamiku hanya menyuruhku untuk sabar Ya Allah tolong hambamu ini, akhirnya aku hamil dan aku harus Kembali kerumah ibu, Ibu menerima kami dan kami tidak mau lagi Kembali kerumah iparku, akhrinya aku punya anak 2 yang pertama sudah 3 tahun yang kedua 6 bulan aku sangat sayang pada mereka dan merasa derita yang selama ini sudah terobati dengan kehadirannya.
Tapi ternyata Allah masi memberi cobaan padaku, anakku meninggal cuman 1 bulan jangka waktunya keduanya meninggal dengan sakit yang sama. Semua keluarga bilang kalau aku Wanita paling sial di dunia aku stress dibuatnya, dan satu tahun kemudian aku melahirka lagi dan Ketika anakku berumur 5 tahun, suamiku meninggal, terus ibu menyusul kemudian bapak juga dalam satu tahun. Ya Allah apakah ini cobaan atau azab bagiku dan anakku yang satu-satunya di ambil mertuaku, kini aku tinggal sendiri, saudara yang ikut dengan bapak tidak ada yang peduli dengan aku.
Akhirnya pergaulanku tidak terkontrol aku mulai nakal main judi, kadang pulang malam dan akhirnya aku jual kupon putih selama 3 tahun lamanya tidak ada hasil, Akhirnya aku di tangkap polisi dan kujalani selama 6 bulan. Di dalam penjara dirutan di kotaku aku di pertemukan dengan tahanan laki-laki kami pacaran dan berjanji akan menikah hal ini terdengar di telinga kakakku dan dia menantangku dia bilang hidupku akan hancur nantinya, pilihlah yang masa depan baik kakak mau menjodohkan aku lagi dengan teman kerjanya, aku tidak mau aku sudah merasakan jatuh cinta dan begitu bebas aku langsung ke Makassar mencari kebahagiaanku sendiri.
Akhirnya satu bulan tinggal bersama baru kami menikah dan bulan pertama kami masih merasakan kebahagiaan dan bulan kedua, suamiku suka pulang malam-malam kadang pagi kalau aku bertanya dia marah-marah dan kalau sudah begitu tangan dan kaki pun melayang, aku tidak tahan rasanya mau pulang ke Kampung tapi kakak sudah tidak mau menerima kembali, aku hanya pasrah kembali Ketika aku hamil 1 bulan aku memergoki suami main Perempuan, ternyata Perempuan yang sering datang dirumah yang mengaku istri temannya adalah pacarnya. Aku spontan mengambil pisau dapur dan mengancam mereka pacarnya lari ketakutan melihat itu suamiku memukuliku sampai babak belur sampai tak kuat berdiri lagi, dan langsung pergi 3 hari baru pulang hal ini kusampaikan pada iparku tapi tidak di respon ya maklum aku menikah dengan suamiku tidak ada yang setuju dari keluarganya dengan alasan aku lebih tua dari suamiku, janda lagi jelek lagi sedangkan suamiku masih bujangan masih muda dan tampan. Banyak pacar suamiku yang cantik dan muda, aku hanya pasrah dengan keadaan ini.
Dan setelah usia kandunganku 3 bulan suamiku ditangkap polisi dengan kasus perampokan aku kaget setengah mati, ternyata selama ini hasil rampokannya dipake hura-hura dan main Perempuan dan dia harus menjalani hukuman selama 3 tahun dan untuk menopang hidup di Makassar aku menjual semua perabot rumah tanggaku dan tinggal dirumah tantenya karena yang punya kontrakan mengusir aku dia tidak mau citra kontrakannya tercemar itu alasannya akhirnya aku melahirkan disebuah klinik, tanteku tidak cukup uang untuk bayar biaya melahirkanku jadi anakku di tahan satu malam sambil cari uang pinjaman tapi tidak dapat jadi terpaksa hp sepupuku di jadikan jamminan untuk tebus anakku Ya Allah betapa derita ini tiada bertepi.
Seiring dengan waktu berjalan, akhirnya suamiku bebas dari penjara kukira suamiku sudah sadar ternyata tidak malah menjadi jadi akhirnya keluar masuk penjara terus sampai anak ketiga lahir walau kakinya sudah di tembal masih saja tidak ada kapoknya, aku sudah capek, letih, lelah, dan putus asa untuk melarangnya. Buntut-buntutnya hanya pukulan dan siksaan yang kudapat, setiap ku bertanya apa salahku mengapa selalu menyakiti hari daan perasaan serta tubuhku, dia hanya bilang aku memang di takdirkan untuk disakiti hancur hatiku mendengar Ya Allah apakah takdir ini bisa di rubah?
Yang paling menyakitkan Ketika anakku yang kedua ikut kena pukulannya sampai anakku terluka lemas dan darah bercucuran dari hidungku sempat aku di opname dirumah sakit dan suamiku di sel di Kantor Polisi selama satu malam di situlah baru kutau kalau suamiku pecandu narkoba dia memakai narkoba sejak anak pertamaku dalam kandungan pantas suamiku jadi perampok demi kebutuhan narkobanya, aku benci sekali akan narkoba yang telah menghancurkan hidup suamiku dan rumah tanggaaku.
Singkat cerita dia masuk peenjara lagi kali ini aku tidak pernah membesuknya karena tidak ada biaya untuk hidup bersama, anak-anakku saja harus jadi buruh cuci jadi pembantu dirumah tetanggaku dan seringkali setiap terlambat bayar kontrakan aku sering diusir dirumah kontrakan, hal ini sudah kusampaikan pada suamiku tapi suamiku tidak mau mengerti, katanya pacarnya rela jual narkoba demi biaya dia dipenjara sedangkan aku tidak ada. Dan sejak itu suamiku ikut jual narkoba dia diberi modal oleh pacarnya, siang malam rumah kami rame pembeli dan sampai pagi aku tersiksa sekali dan merasa terganggu tidurku sama anak-anak, aku menyuruh suamiku berhenti tapi dia marah dan mau menikam. Aku lari kerumah tetangga untuk sembunyi malamnya dia menyuruh orang agar aku pulang, keadaan rumah berantakan bekas amukannya.
Tidak cukup dua bulan rumah kami di gerebek polisi aku ikut ditangkap, karena mengetahui yang melaporkan itu pasal yang kudapat aku bermohon pada polisi untuk melepaskanku tapi polisi tidak peduli, akhirnya suami kasihani aku dia saja yang menjalani hukuman akhirnya aku dibebaskan, satu bulan kemudian suamiku menelponku kalau dia dapat bantuan dari Bos nya tapi bukan berupa uang tapi sabu-sabu dan suamiku menyuruhku menjualnya untuk biaya hidup dipenjara tapi aku tidak mau suamiku kembali marah dia minta pengorbananku dan janji tidak akan main Perempuan lagi, aku sedih sekali haruskah dengan jalan begini untuk mengembalikan cinta suamiku.
Akhirnya aku jual sabu-sabu itu dan dua minggu kemudian aku di tangkap polisi, tapi ditebus sama bos dan disuruh jual lagi aku ditangkap lagi, bosku tidak sanggup menebusku lagi akhirnya aku tembus ke lapas bollangi ini.
Di lapas ini kurasakan perubahan dalam diriku itu karena permintaan pembinaan yang dilakukan pada kami, aku salut sekali banyak dampak positif yang kurasakan disini salah satunya adalah kami harus sholat dan mengaji yang waktu diluar sana tidak pernah kami lakukan hanya hura-hura dengan hasil uang narkoba.
Ya Allah Ya Rabbi, Syukur Alhamdulillah tuhan masih sayang pada kami masih memberi kesempatan untuk taubat walau dengan cara seperti ini pembinaan di lapas ini sungguh luar biasa tidak tanggung-tanggung mendatangkan ustadzah dari luar untuk mengajari dan menuntun kami mendalami ilmu agama apalagi Pak Muhajir dan karaeng tak henti-hentinya memberi bimbingan kepada kami yang awalnya tidak tahu sholat dan mengaji kini jadi tahu Alhamdulillah.
Ya Allah Ya Rabbi semoga semua pembimbing kami/atau Pembina kami terutama ustadzah-ustadzah yang rela datang jauh-jauh hanya untuk kami, semoga dipanjangkan umur, dimudahkan rezeki, diberi Kesehatan dan kekuatan, dan diterima semua amal ibadah dan kebaikannya, dan diberi kesabaran dalam membimbing kami terimalah Doa kami Ya Allah Amiinn Amiinn Amiinn.
Tak henti-hentinya aku mohon hidayah sama Allah semoga apa yang kudapat dan ku alami disini ada hikmahnya. Selama aku dipenjara disini aku rela kerja tugas kamar dan buang sampah hanya untuk beli sabun karena aku tidak ada besukan terkadang juga pacar suami yang ada disini satu blok dengan pernah menghinaku dan menelpon suamiku walau aku sakit hati tapi aku harus Ikhlas. Apalagi kalau aku sangat rindu pada anakku, batinku menjerit tak kuasa membayangkan anak-anak yang masih kecil tinggal disaudara tiri suamiku, dan Ketika aku sholat tahajjud kucurahkan semua pada Allah dan perlindungan untuk anakku diluar sana.
Rasanya aku tak sanggup lagi sekarang aku rajin sholat lima waktu dan sholat sunnahku, aku sholat dhuha, rawatib, witir, tahajjud, wudhu, bahkan tiap minggu aku sunnah taubat. Alhamdulillah aku dapat hikmah dibalik jeruji besi.
Itulah ceritaku kenapa aku terjerat narkoba hanya karena ingin cinta kasih suamiku kembali seperti dulu, tak henti-hentinya aku mohon hidayah dari Allah dzikir, wirid dan mengajiku kalau malam rutin kulakukan, tak lupa aku kirim do’a kepada kedua orang tua yang tidak pernah aku lakukan diluar sana.
Sampai disini ceritaku apapun kekurangan dan kesalahan tolong dimaafkan dan dimaklumi, Sekian dan terimakasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Written by : Rosnani Nuisa
Jabat erat sahabatmu sobat: ayyaseveriday.com