“CAHAYA DIBALIK KEGELAPAN”
♦ HAKIKAT KEHIDUPAN DUNIA
Bumi dan langit beserta isinya tidak tercipta begitu saja jika diperhatikan disaing hari matahari bersinar menyinari seluruh jagat raya dimalam hari Bintang dan bulan menghiasi langit dengan indahnya. Bumi dihuni makhluk hidup, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan semua memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan hakikat penciptanya, semua diciptakan oleh sang pencipta sesuai proses penciptannya. Manusia memiliki perbedaan dengan ciptaan Allah yang lainnya manusia diberi akal pikiran yang bisa membedakan antara yang benar dan salah, namun demikian manusia pun membutuhkan hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Dalam menjalani kehidupannya didunia, manusia mempunyai pedoman hidup yaitu Al-Qur’an dan hadist. Al-Qur’an adalah kalam-kalam Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia, hadits adalah perkataan atau perbuatan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh para sahabat.
Kehidupan manusia didunia tidak berhenti sampai disitu, ada kehidupan setelah kehidupan dunia yaitu akhirat jadi kehidupan dunia ini hanya sementara setiap yang hidup akan mengalami akhir kehidupan yang disebut kematian. Dan peristiwa dimana bumi mengalami kehancuran sehingga semua makhuk hidup mengalami kematian secara serentak disebut hari kiamat. Selama manusia hidup didunia segala ucapan dan perbuatannya diawasi dan dicatat oleh malaikat dan setiap amal perbuatan diberi ganjaran sesuai dengan amalannya, setiap perbuatan baik mendapatkan ganjaran pahala dan setiap perbuatan buruk mendapat ganjaran dosa.
Hidup manusia tidak lepas dari ujian dalam bentuk apapun susah senang, sakit sehat, miskin kaya, semua bentuk keadaan manusia ketika hidup didunia itu adalah ujian, bukan hanya keadaan susah baru dikatakan akan tetapi keadaan senang pun tetap ujian. Yang diuji adalah tingkat keimanan kita dalam menghadapi setiap keadaan yang terjadi pada diri kita, ketika hidup susah apakah kita tetap menyadarkan kesusahan itu hanya kepada Allah swt dan ketika hidup senang apakah kesenangan itu dijadikan bentuk kesyukuran kepada Allah ataukah sebaliknya. Karena terkadang manusia ingat Allah hanya disaat susah tetapi ketika senang lupa dari mana kesenangan itu dia peroleh, tetapi ada juga kebalikannya disaat dia senang sadar bahwa itu datangnya dari Allah swt dan bersyukur kepadanya akan tetapi ketika hidupnya susah dia justru jauh dari Allah bahkan terkadang ada yang menyalahkan Allah atas apa yang terjadi kepadanya, mereka tidak sadar bahwa dengan kesusahan itu Allah bisa mengangkat derajatnya jika dia bisa lulus dari ujian itu.
Manusia yang menyadari bahwa hidup didunia hanya sementara dan akan ada kehidupan yang abadi (akhirat) setelah kematian tentunya akan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya berupa amal kebaikan. Begitu pun yang menyadari bahwa hidup ini adalah ujian tentunya akan menjaga dan memperkuat kesabaran dan keimanannya dalam menjalani kehidupan didunia dimanapun berada dan dalam keadaan apapun karena pada dasarnya Allah tidak akan menguji umatnya melebihi batas kemampuannya. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang semakin berat pula ujian yang Allah berikan, setiap kali mendapat musibah munculkanlah dihati pertanyaan ‘’apa kesalahanku sehingga cobaan ini menimpa?’’ selanjutnya kepekaan hatilah yang menentukan jawaban dan tindakan yang akan diambil. Maka berbahagialah yang segera menundukkan diri dihadapan keagungan Allah swt serta berlirih-lirih mengadukan kelemahan kekhilafan dan kehinaan.
Allah yang merajai alam semesta memiliki jalan tak berhingga untuk memberikan karunia kepada hamba-hambanya baik yang meminta maupun diam saja, yang menghiba, maupun yang bermuka masam, yang yakin maupun tak percaya, limpahan rahmatnya tidak dapat dihalangi. Allah yang menguasai segenap makhluk memiliki cara tak terbatas untuk menghadirkan penyelesaian bagi hamba-hambanya. Allah yang menggenggam seluruh wujud mudah baginya memilih sarana terbaik untuk menjawab pinta dan menghadirkan karunia, karena jangan pernah mengharap balasan itu datang dari orang yang kita bantu, jika kita bertakwa kepada Allah Swt dia akan bukakan jalan keluar dari masalah-masalah yang diluar kuasa kita, urusan kita sebagai hamba tak lain adalah taat kepadanya. Allah menciptakan manusia dengan menggariskan baginya bahwa berbuat keliru dan jatuh dalam kesalahan adalah perkara yang mungkin bukan niscaya, tetapi dengan kasihnya Allah juga membukakan pintu agar dosa-dosa menjadi jalan kembali dan pelarian suci tempat berimpuh dan sandaran berteduh meminta dan memperoleh karunia.
♦ HIDUP DALAM KETERSAINGAN
Allah yang maha kuasa telah menciptakan dunia ini dengan kesempurnaan tiada tara, segala bentuk keindahan dapat dilihat segala bentuk kenikmatan dan dirasakan tapi terkadang manusia tidak menyadari bahwa keindahan dan kenikmatan yang mereka rasakan itu sebagai bentuk sayangnya Allah terhadap hambanya. Pembaca yang Budiman, syukurilah segala kenikmatan yang diberikan Allah saat kamu masih punya ruang dan waktu untuk menikmatinya jangan sampai kalian menyesal seperti penulis saat ini dimana ketidakberdayaan menyelimuti ruang pikirannya serta jiwa dan raganya, Ketidakberdayaan untuk bisa mendengar suara-suara indah disana ketidakberdayaan untuk bisa melihat hal-hal yang indah disana, ketidakberdayaan untuk bisa menyentuh dan menggapai sesuatu yang jauh disana, dan ketidakberdayaan untuk bisa merangkul mereka yang ada disana. Semua ketidakberdayaan ini karena berada di tempat keterasingan, semua bersuara tapi tak mampu kudengar, semua dekat tapi tak mampu kuraih, semua nampa tapi tak mampu kulihat, semua ada tapi tak mampu kugenggam, semua hadir tapi tak mampu kurangkul.
Mengapa harus ada di tempat ini? Adakah yang bisa menjawabnya? Lidah terasa keluh saat berhadapan dengan pertanyaan ini lidah yang biasanya selalu menjawab dengan cepat setiap pertanyaan yang datang bahkan tanpa ditanya pun dengan mudahnya bekerja menghasilkan suara tapi pertanyaan ini sungguh tidak mampu kujawab, satu pertanyaan belum kujawab muncul lagi pertanyaan lain ‘’apa yang bisa kulakukan disini dalam kesendirian dan keterbatasan tanpa hadirnya orang-orang yang kusayangi?’’ hati merindu tangan ini meraih, raga ingin merangkul tapi semuanya hanya ada dalam angan-angan tak ada dan upaya untuk melakukannya. Dalam keterasinganku, kucoba melangkah tapi tak tahu entah kemana kuingin berteriak tapi tak tau siapa yang akan mendengarnyanya kuingin berlari tak tak ingin ruang yang bisa kulalui. Banyak raga kujumpai banyak mata saling terdengar tapi tetap saja merasa sendiri dan asing dengan mereka.
Di siang hari kusaksikan mereka tertawa riang tapi tak mampu membuat hatiku geli dan terkadang melihat mereka marah-marah tapi tak mampu membuat hatiku geram, mungkinkah hati sudah mati rasa atau memang tidak mampu menerima keadaan. Di malam hari setiap kali kurenungi nasibku hanya air mat aini yang selalu setia menyapa mataku mengalir di pipi membentuk aliran Sungai yang tak bermuara. Ya Allah salahka jika kuiri dengan mereka bisa tersenyum manis, mereka bisa tertawa bahagia, mengapa saya tidak bisa? Kucoba tersenyum tapi hati terasa getar, kucoba tertawa tapi air mata mendahuluinya, hidupku benar-benar gelap taka da Cahaya yang bisa menerangi jiwaku. Semua yang pernah kumiliki telah pergi, semua yang pernah kugenggam telah lepas, semuanya sudah hilang entah kemana bahkan dia pun sudah meninggalkanku, yang pernah bersama-sama mengarungi indahnya lautan kebahagiaan, melewati terjalnya tebing, jurang, kesusahan dia meninggalkanku tanpa menoleh sedikitpun. Sekarang saya sendirian begitu asing begitu gelap hanya rintihan keluhan yang kujadikan dongeng air mata kujadikan pengantar tidurku setiap malam, setiap malam badan selalu kurebahkan tapi pikiran melayang entah kemana mencari sesuatu yang tak kunjung kudapat berharap bisa menemukannya meskipun hanya di alam mipi.
♦ MENCARI SEBERKAS SINAR
Suatu malam yang bermimpi bertemu almarhum bapakku disana sambil tersenyum dia berkata ‘’semua orang mendapatkan bagiannya apakah kamu piker bagianmu lebih buruk dari mereka? Semua pemberiannya baik jika hati menerimanya ayo bangun’’ dia menghapus air mataku, merasakan sentuhannya saya terbangun Ya Allah ternyata saya bermimpi tapi kata-kata bapak begitu jelas kudengar apalagi sentuhan tangannya benar-benar kurasakan. Kulihat jam ternyata pukul 02:00 dini hari, seorang teman juga terbangun dan melihat saya sambil bertanya “mauki shalat tahajjud bu?’’ ‘’iya’’ jawabku singkat entah mengapa saya menjawab spontan begitu padahal jujur saya terbangun karena mimpi dan tidak ada niat sebelumnya mau shalat.
Kubasuh muka ku dengan air wudhu ada kesejukan yang menembus pori-pori wajahku rasa ngantuk pun seketika hilang, kutarik nafas dalam-dalam berdiri menghadap kiblat sambil mengucap ‘’Allahu Akbar’’ usai salam ku angkat kedua tanganku seraya berdoa ‘’ya allah apa arti dari mimpiku tadi, apa makna kata-kata yang diucapkan bapakku berikanlah jawabannya ya allah’’ sudah cukup banyak tumpukan pertanyaan dibenakku tapi yang satu ini datangnya dari bapakku yang sudah tenang di sisi-mu, semoga saja maksud dari kata-kata itu bisa menuntunku untuk menemukan jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan saya selama ini. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah Al-Qur’an Asy Syifa milik teman, dengan rasa agak malu saya pinjam dengan alasan Al-Qur’an saya kecil dan tidak ada terjemahaannya, saya membukanya dan langsung membuka halaman bacaan terakhirku dan ternyata bacaanku sudah dihalaman terakhir surah Al-Baqarah kubaca dengan penuh khidmat sampai habis surah Al-Baqarah karena penasaran akhirnya say abaca artinya dan perhatianku begitu fokus pada ayat terakhir allah berbunyi:
‘’Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya dia mendapat pahala dan Kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya, mereka berdoa ‘’wahai tuhan kami janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Wahai tuhan kami janganlah engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai tuhan kami janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya, maafkanlah kami, ampuniilah kami, dan rahmatilah kami, engkaulah pelindung kami maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir’’.
Deretan kata-kata itu membuat mataku nanar, untaian kalimatnya membuat akalku berfikir dan makna tersiratnya membuat logikaku bekerja, mungkinkah ayat itu berhubungan dengan kata-kata bapakk dalam mimpiku? Ini membuat akal dan logikaku saling beradu menemukan jawabannya. Keesokan harinya kulangkahkan kaki ku menuju perpustakaan kuraih buku berjudul ‘’pokok-pokok agama islam’’. Begitu banyak ajaran-ajaran tentang agama, tentang kehidupan dunia dan akhirat, halaman demi halaman kubaca dengan seksama tanpa memperhatikan kesibukan orang-orang yang disekitarku, mungkin ada yang memperhatikanku tapi mungkin juga ada yang acuh dengan kehadiranku, tak terasa suara mengaji di mesjid sudah terdengar seorang petugas perpustakaan mendekatiku ‘’nak sudah mau masuk waktu shalat dzuhur kalau itu buku bisa kamu pinjam bawa pulang sudah dibaca baru dikembalikan, sekarang sebaiknya kamu berwudhu baru shalat mukenah banyak didalam’’ betapa senangnya hatiku bisa bawa pulang buku itu, kebetulan ruang perpustakaan bersambung dengan mushollah jadi bisa keperpustakaan sekalia shalat berjamaah.
Setelah berwudhu dan shalat sunnah akhirnya adzan berkumandang dengan khidmat kudengarkan seruan Allah tanpa bersuara sepatah kata pun, ada getaran dihati mengiringi penggalam-penggalam kalimat tersebut. Setelah shalat dzuhur berjamaah salah seorang Jemaah melantunkan dzikir Asmaul Husna dengan penuh khidmat dan penuh perasaan mendengar nama-nama keagungan Allah dilantunkan ada debaran dan perasaan haru menyelimuti hati saya sampai tak terasa air mataku menetes. Hari-hari kulalui tanpa melewatkan seharian pun pergi keperpustakaan karena disana berbagai macam buku bisa saya baca dan tidak sedikitpun dari buku itu membahas tentang kehidupan yaumul akhir, yang lebih penting lagi bisa sekalian shalat dzuhur berjamaah dimasjid makin hari perasaan saya mengalami perubahan, dari perasaan rapuh tak bersemangat menjadi semakin kuat. Diperpustakaan juga kuluangkan waktu membaca Al-Qur’an yang ada terjemahannya hingga berhari-hari.
♦ PENGAKUAN
Dalam keheningan malam kupejamkan mata namun pikiran menjelajahi menyelusuri setiap sudut-sudut perjalanan hidupku. Teringat semua khilaf dan salah yang pernah kuperbuat di masa lalu, memoriku kembali menelusuri arah sepanjang alur kehidupanku, mulai terbayang orang-orang yang kusayangi Almarhum Bapakku ibu dan adik-adikku, selama ini saya banyak bersalah sama mereka tidak membalas setiap tetes keringat bapak dan ibu yang telah membesarkan dan menyekolahkanku tinggi-tinggi demi mendapatkan masa depan yang lebih baik. Bapak membesarkanku dengan didikan agama yang baik begitupun dengan ibu, dia telah merawat dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang, tetapi saya sudah mengabaikan semua ajaran dan didikan mereka berdua, setelah menjadi manusia seperti yang mereka harapkan saya justru lupa kedudukanku sebagai anak dan hamba Allah saya sibuk dengan urusan dunia, mengejar karir dan selalu mau jadi yang terbaik dimata orang meskipun itu justru terburuk dimata Allah Swt.
Sewaktu masih kecil kami di didik dengan pengetahuan agama yang baik oleh orang tua kami, setiap subuh kami dibangunkan shalat subuh adik-adikku yang laki-laki diwajibkan shalat dimesjid oleh bapak begitupun maghrib dan isya sementara kami berdua anak perempuannya shalat dirumah. Keadaan seperti itu harus berlangsung hingga saya punya kehidupan sendiri, semenjak saya kuliah mulai sibuk dikampus perlahan kebiasaan-kebiasaan baik itu luntur apalagi tinggal di kontrakan. Allah sudah memberikanku begitu banyak waktu tetapi waktu itu tidak kugunakan untuk belajar ilmu agama sebanyak mungkin, justru lebih senang mempelajari hal-hal yang bersifat duniawi sudah mulai lupa waktu shalat, apalagi mengaji sudah menjadi hal yang asing jika menyentuh Al-Qur’an lebih-lebih lagi kalau mendengar suara adzan dikumandangkan hati sudah tidak bergetar lagi karena dianggap suara biasa saja bukan lagi seruan Allah yang jika tidak dipenuhi maka muncul ketakutan yang begitu dalam.
Sampai sosok ini menjadi manusia seperti yang diharapkan orang tua punya pekerjaan tetap, tumbuh menjadi sosok yang bisa dibanggakan ditengah-tengah masyarakat dan selalu tampil menjadi yang terbaik. Tapi ternyata saya begitu jauh darinya keadaan ini tidak membuat derajat kita terangkat disisinya namun justru membuat kita semakin rendah dimatanya. Ya Allah setelah engkau memenuhi semua Impian hidupku, saat itu hamba tidak mensyukurinya lupa siapa diri ini, lupa dimana diriku saat itu datangnyadarimu, sekarang engkau menunjukkan lagi kasih sayangmu kepadaku dengan mengiringku ketempat ini, memberikan waktu dan ruang yang seluas-luasnya untuk bisa menuntut ilmu dan belajar agama yang lebih banyak lagi serta mengurangi dosa dan maksiat, namun lagi-lagi hambamu ini tidak menyadarinya bahkan mat aini sempat menangis lisan ini sempat mengeluh dan hati ini sempat meranti.
Ya Allah betapa hinanya diri ini betapa tidak benarnya diriku, diriku sekarang ibarat tumpukan sampah busuk yang tak dilirik orang sama sekali bahkan dihindari banyak orang. Namun sebusuk-busuknya sampah masih ada yang bisa didaur ulang menjadi barang-barang yang berguna, begitupun diri ini berharap menjadi bagian dari kelompok sampah yang bisa didaur ulang itu. Bukankah allah maha pengampun maha pengasih, tidak ada kata terlambat untuk hijrah karena hijrah bukan untuk menjadi lebih baik dari orang lain tapi hijrah untuk menjadi lebih baik dari diri kita yang dulu. Dalam sisa imanku masih tersimpan keyakinan bahwa saya bisa menjadi lebih baik, kusadar saat ini hidupku gelap tak ada Cahaya yang menerangi jiwaku tapi keyakinan dibalik kegelapan hati ada Cahaya yang bisa menerangi hidupku kedepan menuju keberkahan.
♦ HIJRAH BERKAHMU
Kini kuhabiskan waktuku untuk hal-hal yang berguna fokus agama ikut majelis-majelis ilmu, belajar mengaji dan mentadabburi artinya tidak ada lagi waktu untuk hal-hal yang tidak berguna hingga mulai kusadari bahwa tempat ini Allah jadikan tematku betafakkur dan menempa diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi serta jauh dari perbuatan dosa dan maksiat. Marilah kita bercermin sejenak merenungi helai-helai rambut kita betapa lembut penciptaanya, berkaca sejenak dan mentafakkuri garis-garis wajah kita betapa indah penciptaanya. Bercermin sejenak dan sorotlah sosok utuh kita betapa sempurna penciptaanya, jika setiap insan menyadari kebesaran sang pencipta maka tak ada luput dan khilaf yang terjadi.
Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat selama nafas masih berhembus selama itu pula Allah masih membuka pintu maafnya karena dia maha penerima taubat. Sebesar apapun dosa kita dimasa lalu pintu taubatnya pun tetap terbuka lebar, tidak perlu khawatir akan janji Allah sesungguhnya Allah maha penngampun maha bjaksana. Pada hakikatnya tidak ada manusia yang sempurna semua mempunyai kekurangan dan keterbatasan karena hanya Allah dzat maha sempurna, tetapi mari kita jadikan kelemahan kita sebagai kekuatan dan kekurangan kita sebagai kebanggaan, mari berfikir untuk tahu berjalan untuk maju dan berlari untuk sampai pada titik dimana kita bisa masuk kedalam golongan orang-orang yang beruntung.
Dalam hijrahku ini tidak ada yang perluk kuragukan dan ku khawatirkan karena nikmat Allah lebih banyak dari pada keluhanku, hidayahnya lebih mahal dari pada kehilanganku, dan ampunannya lebih besar dari pada dosaku, yang terpenting adalah bagaimana saya tetap bisa istiqomah dijalannya hingga mendapatkan berkahnya hingga yaumul akhir.
Kumantapkan tekad dan niatku dalam doa ‘’Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim hamba menghadap kepadamu yang telah menjauh sekian lama menadahkan kedua tanganku memohon pengampunanmu ampunilah dosa hamba dimasa lalu bimbinglah hamba agar selalu dijalanmu tanpa curahan kasih sayangmu diri ini bukanlah siapa-siapa semoga hijrahku ini bukanlah bagian dari berkahmu kepadaku Amiinn’’
Ditulis Oleh : Rosnani nuisa