Di Angkat Dari Kisah Nyata “Kupilih Takdirku”

Halloo.. Assalamualaikum sobat ayyaseveriday.com! Kali ini kita ankan mengangkat sebuah kisah nyata dari seorang wanita yang bernama April, semoga aja kisah ini bisa menginspirasi teman-teman pembaca. Tanpa berlama-lama lagi yukk kita simak ceritanya.

TAMU TAK DIUNDANG

Seperti biasa suasana dikota Makassar dipenuhi dengan hiruk pikuk aktivitas manusia, panasnya sinar matahari tak pernah jadi penghalang bagi mereka yang sibuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Ketika angin berhembus menerpa badan mereka yang bercucuran keringat, rasanya begitu sejuk dan adem sehingga rasa lelah tak jadi alasan untuk menghentikan aktivitasnya. Begitulah kehidupan orang-orang yang menyandarkan hidup dikota tanpa pekerjaan tetap. Berbeda dengan April (nama samaran) yang tinggal disalah  satu jalan dikota Makassar bersama suaminya, meskipun usia pernikahannya sudah 4 tahunan namu belum dikaruniai seorang anak, karena masih dalam masa pandemi maka dia menghabiskan waktunya dirumah saja.

Sore itu bertepatan tanggal 30 juni 2020 April sedang menikmati salah satu acara TV favoritnya ditemani segelas teh hangat dengan pisang goreng yang dibeli dipenjual gorengan disamping rumahnya sekitar pukul 16:00 tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seseorang dari luar, tanpa berfikir panjang dia langsung menuju pintu dan membukanya karena dia pikir suaminya yang datang, tetapi dia kaget setelah membuka pintu karena yang datang ternyata sahabatnya bernama Vera. Biasanya kalau Vera mau datang dirumahnya dia selalu menelfon sebelumnya tetapi kali ini tidak, namun hal itu tidak dijadikan masalah bagi April karena Vera adalah sahabat terbaiknya. Setiap kali Vera ada masalah pasti di April tempatnya berbagi baik itu masalah rumah tangganya maupun masalah lainnya.

Setelah duduk Vera menceritakan bahwa dia lagi bertengkar dengan suaminya untuk itu dia datang kerumah April untuk menenangkan diri. Tak lama bercerita Vera dengan sikap ramahnya meminta April untuk membeli pisang goreng disamping rumahnya. April keluar membeli ditempatnya biasa membeli, setelah masuk kembali dia membuatkan sahabatnya teh lalu  mereka minum teh dan makan pisang goreng bersama-sama, belum habis tehnya dia minum tiba-tiba hpnya berdering lalu dia menerima telepon, setelah menerima telepon dia buru-buru pamit dengan alasan anaknya yang menelpon.

April mengantar sahabatnya keluar sampai teras, April tiba-tiba bertanya ‘’mengapa tidak pesan gojek?’’ dia menjawab ‘’tidak usah ada yang jemput’’ seketika itu pula sudah ada motor berhenti didepan rumahnya, Vera langsung pamit dan April kembali masuk kerumahnya. Selepas kepergian sahabatnya April terus berfikir ada apa dengan sahabatnya itu biasanya kalau dia bertengkar dengan suaminya pasti bermalam dirumahnya, tetapi kali ini datang hanya sekedar menyampaikan lalu pulang, terus siapa yang menelponnya? Apa betul anaknya atau bukan? Siapa pula yang menjemputnya? Disaat semua pertanyaan itu berkecamuk dalam pikirannya tiba-tiba hpnya berdering, ternyata suaminya yang menelpon bahwa dia masih dalam perjalanan dari Polmas ke Makassar tetapi lambat karena mobilnya mengalami kerusakan jadi singgah dibengkel.

Sekitar pukul 22:00 kembali pintu rumah April diketuk orang, kali ini dia yakin bahwa suaminya yang datang tetapi ternyata sahabatnya lagi yang datang kembali tapi kali ini diantar seorang laki-laki April berfikir kalau laki-laki itu adalah keluarganya Vera yang mengantar dia, maka diajak mereka masuk dirumah, April berniat hendak membuatkan minuman akan tetapi justru dia kaget karena laki-laki yang datang tidak sendirian namun ada beberapa orang  dan Vera dibawa lagi pergi oleh 2 orang laki-laki yang baru masuk, 4 orang diantara mereka tinggal, laki-laki pertama tadi menghampirinya dan memperkenalkan diri betapa kagetnya April saat mereka mengetahui bahwa mereka adalah polisi, terlebih lagi setelah mereka memperlihatkan surat tugas dari kantornya. April mencoba menenangkan diri dan menanyakan tujuan mereka datang, salah seorang dari mereka menjelaskan bahwa ada laporan dari masyarakat bahwa April sudah lama menjual narkoba diwilayah itu dan perbuatannya itu sudah meresahkan masyarakat sekitar. April berusaha menyangkal dan menjelaskan bahwa semua itu tidak benar, informasi itu bohong, tetapi polisi tidak mau percaya dan tetap menggeledah kamar April.

April hanya bisa terdiam menyaksikan kamarnya digeledah polisi, dia tidak bisa  berbuat apa-apa karena masih bingung  ada apa sebenarnya.tiba-tiba seorang polisi memperlihatkan sebungkus rokok,kata nya dia temukan disudut rak TV April semakin bingung,dia hanya bisa menangis memandangi bungkusan rokok yang isi paketan jenis sabu-sabu.ketika salah seorang polisi menanyakan tentang kepemilikan barang haram itu, April terdiam hanya air matanya terus menetes kembali di pipinya laksana air  hujan menjatuh dari langit mengalir di permukaan tanah yang tandus dan akhirnya April di bawa ke kantor polisi.

PILIHAN ANTARA KEWAJIBAN DAN KENYATAAN

Sepanjang perjalanan menuju kantor polisi April tak pernah berhenti menangis hanya ada 3 orang yang muncul dipikirannya saat itu: suami, kemenakan suaminya yang datang dan tinggal dirumahnya selama 1 minggu dan baru diantar pulang ke Polmas dua hari yang lalu, ketiga adalah Vera sahabatnya yang secara kebetulan datang dihari yang sama bahkan dia lagi yang  datang bersama polisi. Ada dua hal yang dipikirkan dalam perjalanan tersebut, pertama bagaimana reaksi suaminya ketika tahu bahwa dia ditangkap polisi karena ditemukan sabu-sabu dikamarnya, yang kedua siapa sebenarnya pemilik barang itu, belum sempat mendapatkan jawaban muncul lagi pertanyaan baru, haruskah dia akui barang haram itu yang bukan miliknya? Akan tetapi kalau dia tidak akui pasti suaminya lagi jadi sasaran karena mereka hanya tinggal berdua dikamar itu. Tapi bagaimana pun juga menjaga dan melindungi suami adalah kewajiban seorang istri begitupun sebaliknya, itu yang terus bersemayam dipikiran April sehingga berusaha meyakinkan dirinya utuk menerima kenyataan bahwa dia yang harus mengakuinya karena pilihannya hanya dia atau suuaminya, dia pun sangat yakin bahwa suaminya juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisinya.

Tak terasa motor yang memboncengnya berhenti dipekarangan sebuah rumah berbentuk kontrakan, polisi langsung menyuruhnya masuk disalah satu kamar yang sudah disiapkan. Tetapi sebelum masuk April sempat memperhatikan sekeliling tempat itu dia terpenjat saat melihat mobiil sahabatnya ada disana, dia semakin bingung tidak mengerti apa yang terjadi April masuk dikamar didampingi polisi yang memboncengnya dan diikuti yang lain. April mulai di introgasi tapi mulutnya masih tetap bungkam masih diselimuti berbagai pertanyaan yang belum terjawab, tiba-tiba seorang polisi menginjak kakinya dan dia langsung teriak ‘’milikku saya yang punya’’ dia menjawabnya dengan lantang sambil menangis, ketika ditanya dari mana dapat barang itu dia tidak langsung menjawab bingung mau jawab apa, berulang-ulang ditanya belum menjawab juga sampai sebuah tamparan mendarat dipipinya membuat April menangis terseduh-seduh.

Melihat keadaan itu seorang polisi yang lain menghampiri April dan berkata ‘’jujurki supaya tidak dikasih kena tangan’’ kemudia dia meminta kepada temannya untuk bergantian mengintrogasi April, temannya mengangguk dan segera berdiri sebelum memulai pertanyaan dia menyodorkan segelas air mineral kepada April, April meminumnya dan menarik nafas panjang sambil menghapus air matanya, dan akhirnya April mulai tenang. Dimana kerja? polisi itu bertanya dengan tenang ‘’di daerah’’ jawab April, ‘’sudah berapa lama jadi PNS’’ lanjut bertanya ‘’sejak tahun 2009’’ April pun menjawab dengan tenang, ‘’memang kamu pakai narkoba?’’ tanya pak polisi lagi ‘’tidak’’ jawab April singkat ‘’jadi kamu hanya menjual?’’ tanya pak polisi ‘’tidak’’ jawab April ‘’tapi barang itu milik  saya’’ April berusaha meyakinkan polisi bahwa barang itu benar-benar miliknya.

April mulai memutar otaknya untuk bisa merangkai cerita untuk bisa meyakinkan polisi bahwa dia yang punya apalagi identitas suaminya mulai ditanyakan, karena khawatir April mulai mengarang kebohongan besar, dia mengaku bahwa barang itu baru dia beli dari seorang perempuan yang dikenalkan oleh seseorang tapi dia tidak tahu tempat tinggal orang itu, setelah April menceritakan semuanya dia memperhatikan ekspresi para polisi yang ada dikamar itu. Ada yang aneh dipikiran April karena masih ada polisi yang tidak percaya bahkan hendak memukulnya, tetapi ada juga yang bersikap biasa saja seolah tidak mau peduli ceritanya benar atau bohong. Malam itu bagi April benar-benar malam paling kelam dalam hidupnya tidak pernah terlintas dipikirannya akan mengalami peristiwa naas sepahit itu.

MEMERANKAN KARAKTER BARU DI RUMAH BARU

Malam semakin larut namun April tidak bisa memejamkan matanya, satu per satu orang yang dia sayangi muncuul dipikirannya suaminya, ibunya, almarhum bapaknya, dan adik-adiknya. Wajah-wajah mereka menghiasi pikirannya betapa hancurnya hati mereka kalau tahu yang terjadi padanya ‘’maafkan April atas kejadian ini kusadari pilihanku akan melukai hati kalian, namun inilah keputusan yang harus kuambil meskipun berat maaf’’ bisik hati April.

Sekitar pukul 04:00 dini hari April samar-samar mendengar pembicaraan 2 orang polisi dengan suara yang agak pelan, kedua polisi itu membahas tentang orang yang ada dikamar sebelah ternyata orang yang dimaksud disebelah juga tahanan seorang laki-laki, mendengar itu April makin pasang telinga dan betapa kagetnya saat mendengar nama suami Vera disebut katanya dia sudah mau pulang April baru ingat mobil Vera yang dia lihat waktu datang ‘’apakah ada kaitan antara penangkapan saya dengan suaminya Vera, apakah saya Vera jadikan korban? Seketika muncul pertanyaan itu dibenak April. Semakin banyak hal yang April belum mengerti, hanya satu yang pasti baginya dia akan kehilangan semua yang dia miliki termasuk keluarga dan pekerjaannya dengan masuknya dipenjara apalagi kasus narkoba.

Pagi hari posko polisi itu sudah ramai semua yang bergabung dalam tim lapangan sudah berkumpul, April disuruh membersihkan dan merapikan kamar kemudian disuruh sarapan didepan kamar itu, posko itu berbentuk kontrakan didepannya ada sebuah meja Panjang dengan bangku-bangkunya untuk tempat makan, sambil sarapan April memperhatikan sekelilingnya namun dia tidak melihat lagi mobil sahabatnya yang terparkir semalam disana, sepanjang hari April masih terus di introgasi bahkan ada polisi yang menjanjikan akan melepaskannya kalau dia menyebutkan nama pemilik barang itu setelah didapat orangnya, tetapi bagi April itu tidak mungkin karena dia tau dia pemilik yang sebenarnya.

Sore harinya mereka memutuskan membawa April ke kantor untuk penyelidikan, April dibonceng dengan motor menuju ke kantor polisi yang jaraknya tidak begitu jauh dari posko, sepanjang jalan April terus menangis karena ketakutan menghadapi orang-orang baru lagi di kantor, bahkan dia berpikir mungkin ini terakhir kalinya bisa melihat keramaian dijalan raya selanjutnya dia akan menghabiskan waktunya didalam penjara bersama para napi lainnya. Sesampainya di kantor polisi sekitar pukul 05:00 sore April langsung berhadapan pak kasat, pak kasat pun menanyakan hal-hal yang serupa dengan pertanyaan polisi di posko sebelumnya, April pun menjawab sesuai dengan  alur cerita kebohongan yang dia susun. Dari reaksi pak kasat nampaaknya dia tidak percaya dengan cerita April, akhirnya dia menelpon anggotanyaa untuk datang di kantor melakukan penyidikan terhadap April.

April dimasukkan di sel berukuran 1 m x 2 m didalam ruangan penyidik, setelah itu semua polisi bagian lapangan kembali ke posko dan tinggal April sendirian di ruangan itu. April merebahkan badannya di lantai beralaskan papan tripleks berukuran 1 m x 1 m sambil menatap langit-langit ruangan itu, air matanya menetes terus sambil memikirkan nasibnya. Tak terasa suara mengaji di masjid mulai terdengar pertanda mulai masuk waktu shalat maghrib, air matanya semakin deras bahkan tidak bisa mengendalikan diri, menangis sekuat tenaga sampai terdengar keruangan sebelahnya seorang polisi dari ruangan sebelah masuk karena mendengar suara tangisan dia duduk di kursi dekat pintu sel, melihat ada polisi yang memperhatikannya, April berusaha menahan isak tangisnya dan duduk dengan posisi yang sopan.

Polisi itu menanyakan apa-apa ke April tetapi justru dia memperkenalkan dirinya, dari ceritanya dulu bapak itu pernah di tugaskan di satuan narkoba bagian penyidik dan sebelumnya juga bagian lapangan seperti mereka-mereka yang menangkapnya. Polisi itu becerita bahwa kabar penangkapan April sudah terdengar dari tadi siang karena statusnya yang PNS jadi sorotan pembicaraan ‘’dunia narkoba itu sangat kejam dan mengerikan’’ kalimat itu seperti keluar begitu saja dari mulutnya April memperhatikan bapak itu dengan seksama. Ada kecemasan dan kekawatiran dihati April yang mendengarnya ‘’pak, apakah saya akan kehilangan pekerjaanku?’’ pertanyaan itu spontan keluar dari mulut April ‘’ya, besar kemungkinannya yang jelas vonis diatas 2,5 tahun kasusnya narkoba pasti dipecatt’’ jawaban itu membuat April seketika lemas.

Bapak itu memperhatikan April dan mencoba menggali informasi yang sebenarnya dan entah mengapa April pun merasa bahwa bapak itu orang yang bisa dipercaya. Akhirnya April menceritakan yang sebenarnya bahkan kedatangan sahabatnya yang bawa polisi, betapa kagetnya pak polisi itu mendengar cerita yang sebenarnya apalagi tahu keputusan April mengakui kepemilikan barang itu demi melindungi suaminya. Bapak itu menjelaskan bahwa dalam dunia narkoba terkadang demi menyelamatkan diri seseorang akan mengorbankan orang lain dan tentu saja orang yang dekat dengannya supaya mudah jalannya. Itu yang dimaksud dengan tumbal atau tukar kepala disitulah letak kekejamannya narkoba.

Bapak itu seolah mengerti perasaan April sehingga dia memberikan banyak informasi tentang dunia narkoba kepada April supaya April bisa mengatasi setiap pertanyaan orang jika ada yang menanyakan tentang kasusnya nanti karena itu pasti terjadi. Dan April pun menyatakan sudah siap untuk memerankan karakter barunya sebagai orang yang punya pengalaman didunia narkoba, setelah ngobrol panjang lebar akhirnya bapak itu pamit kembali keruangannya. Ba’da isya sekitar pukul 19:45 pak kanit dan penyidik pun datang setelah basa basi sejenak April dikeluarkan dari sel lalu disuruh duduk didepan penyidik. Proses penyidikan berjalan lancar, April menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan alur cerita yang telah dia konsep, setelah selesai April menandatangani berkas BAP (BERITA ACARA PERKARA) dan berkas-berkas lainnya yang sehubungan dengan hasil bapnya, April melakukan tes URINE untuk dilakukan uji laboratorium guna mengetahui apakah April positif atau negative memakai narkoba.

Setelah di sel dikantor polisi selama 5 hari, sebelumnya diposko 2 hari akhirnya April dikirim ke tahti polda tepatnya tanggal 10 juni 2020. Tempat inilah yang menjadi rumah barunya, ditempat ini April mulai merasakan kesepian ditenga-tengah orang banyak, pa+ahal tahanan disana sekitar 60 orang tapi dia tetap saja merasa seolah-olah sendirian. ‘’Ya Allah beratnya hidup jauh dari keluarga, jauh dari orang-orang yang kusayangi’’. Hati April merintih setelah berada dirumah barunya ‘’ah tidak inilah kisah hidupku yang harus kulalui, saya harus bisa hidup dengan mereka-mereka, saya harus kuat bukankah ini pilihanku? Jadi kenapa saya harus menangis dirumah baruku ini saya harus bisa menerima mereka sebagai keluarga baruku’’.  April mencoba menguatkan hatinya yang selalu diselimuti rasa kesepian dan kerinduan dengan keluarganya untuk bisa menerima keadaan itu sebagai takdir buruknya, April berusaha untuk tidur dalam kedinginan tanpa beralaskan apapun. Hari demi hari dilaluinya bersama dengan teman tahanan yang lainnya kadang terjadi kejadian-kejadian lucu, kadang terjadi kejadian-kejadian menegangkan, kadang terjadi hal-hal yang menjengkelkan, bahkan kadang terjadi situasi yang mengharukan. Berbagai macam karakter ada disana ada yang karakternya lemah lembut, ada yang kasar namun sebagian besar penghuninya memiliki karakter yang susah ditebak, terkadang didepan orang baik namun dibelakang menusuk, ada juga kebiasaan orang yang benar-benar membuat telinga panas mendengar kata-katanya, sedikit-sedikit keluar kata-kata kotor di mulutnya kebiasaan bertengkar bahkan sampai berkelahi.

Setelah menjalani masa tahanan kurang lebih 3 bulan di tahti polda akhirnya April mulai menjalani proses persidangan secara virtual karena masih dalam masa pandemi, proses persidangan terus berjalan lancar karena April mengakui setiap dakwaan yang ditujukan kepadanya sampai pada akhirnya di vonis hukuman penjara selama 7 tahun 6 bulan mendengar angka itu seketika badan April lunglai, lemas tak berdaya, air matanya tak terbendung, menangis sekeras-kerasnya.

HIJRAH KE BOLLANGI

Beberapa hari setelah sidang vonis akhirnya pada tanggal 27 November 2020 April dikirim ke lapas Perempuan kelas II A sungguminasa, sungguh suatu tempat yang membuat dadanya sesak dan hatinya merintih, tempat dimana setiap langkah penuh perhitungan mau melangkah ke kiri takut salah begitupun sebaliknya karena setiap kali melakukan kesalahan langsung diberi sanksi, bahkan tak jarang hanya pelanggaran satu orang semua penghuni kamar itu dihukum. Di tempat ini dia mulai lagi beradaptasi karena penghuninya jauh lebih banyak lagi dibandingkan di tahti polda. Di lapas Perempuan kelas II A Sungguminasa Bollangi ini warga binaannya lebih dari 300 orang, tentu saja dibutuhkan kesabaran yang jauh lebih besar untuk bisa menyesuaikan diri dengan mereka mereka. Satu kesyukuran April karena dia dikirim bersama dengan teman sekamarnya di polda Bernama salma beserta dua orang yang lainnya, mereka berempat saling melindungi saling berbagi dan saling menolong satu sama lain.

Selama dua pekan mereka di tempatkan disebuah ruangan yang disebut mapenaling untuk menjalani proses karantina karena masa pandemi, tempat ini memang khusus untuk warga binaan baru terlepas dari adanya tindakan pandemi, semua warga binaan baru harus ditempat ini sebelum ditentukan kamarnya. Ruangan ini hanya berukuran kira-kira 4 m x 8 m dihuni sekitar 20 orang dari berbagai sumber pengiriman. Sebulan dua bulan April lalui hari-harinya di Bollangi dia mulai mencoba untuk menerima keadaan dan mulai belajar untuk mengambil hikmahnya, dia habiskan waktu untuk belajar mengaji di mesjid ikut dalam majelis-majelis ilmu dan bergaul dengan orang-orang yang berakhlak baik. Dia tidak lagi meluangkan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna.

Dia mulai menempa dirinya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dia mulai menyadari bahwa selama ini dia tidak mensyukuri hikmat yang Allah berikan disaat kesuksesan telah diraihnya, hingga Allah mengujinya lagi dengan menggiringnya ke tempat ini memberi ruang dan waktu seluas-luasnya untuk belajar bersyukur. Di tempat ini dia bisa lebih fokus belajar ilmu agama dan beribadah serta mengurangi dosa dan maksiat. Di salah satu malam diakhir shalatnya April berdoa ‘’ya allah, ya Rahman, ya Rahim, hamba menghadap kepadamu yang telah menjauh sekian lama, menadahkan kedua tanganku memohon pengampunanmu, ampunilah dosa-dosa hamba di masa lalu, bimbinglah hamba agar selalu di jalanmu, tanpa curahan kasih sayangmu diri ini bukanlah siapa-siapa, semoga hijrahku ini bagian dari berkahmu Amiinn……’’

Written by : Rosnani Nuisa